Sabtu, 15 Oktober 2011

penyakit pada sistem pencernaan


PENYAKIT PADA SISTEM PENCERNAAN
Adakalanya ketika dalam keadaan tertekan, kita merasa sakit perut. Timbulnya gangguan pada saluran cerna cukup sering dikeluhkan dan menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Penyakit-penyakit yang timbul pada saluran cerna, selain disebabkan oleh adanya faktor organik (kelainan struktur saluran cerna, infeksi) ternyata 40-60 % merupakan sindrom fungsional. Penderita dapat mengalami gangguan pencernaan walaupun penyebab dan mekanisme terjadinya gangguan tersebut secara pasti belum diketahui secara pasti, namun gangguan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sindrom fungsional pada gangguan saluran cerna tersebut, antara lain adalah : gastritis (upper abdominal syndrome), sindrom fungsional hipogastrium (lower abdominal syndrome), dan aerofagi.
Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum bagian pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon, kolon sigmoid, dan rektum.
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah. Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
    * Buang air besar dengan tinja berdarah
    * Diare encer dengan volume sedikit
    * Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
    * Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Kolitis adalah penyakit yang merupakan peradangan usus besar. Gejala pada kolitis termasuk rasa nyeri, demam, bengkak pada jaringan usus besar, berdarah, erithema permukaan usus besar, pendarahak rektal dan ulserasi usus besar.
GASTRITIS (UPPER ABDOMINAL SYNDROME)
Gangguan pencernaan bagian atas yang secara umum dikenal sebagai penyakit “maag” merupakan gangguan saluran cerna yang cukup sering dikeluhkan. Selain disebabkan oleh faktor organik seperti adanya luka/peradangan pada saluran cerna bagian atas (lambung), gangguan ini juga dihubungkan dengan faktor psikologis mendasarinya. Gangguan ini ditandai antara lain oleh adanya rasa sakit dan atau rasa penuh di daerah epigastrium (ulu hati), kanan atau kiri di bawah lengkung iga.
Rasa sakit bersifat membakar atau samar-samar, tidak jarang menjalar, intensitasnya sedang, menghebat karena makanan atau langsung setelah makan, tidak ada hubungannya dengan kejadian tertentu. Gejala-gejala lain yang timbul antara lain gangguan menelan, eruktasi (bersendawa), pirosis (merasa terbakar dan rasa asam atau pahit), mual dan muntah, kembung (meteorismus), dan lain-lain.
Penderita gastritis biasanya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok yaitu sikap depresi. Seringkali penderita menyalahkan lingkungan atau makanannya, tetapi ternyata dengan diet (makanan) juga tidak mengurangi rasa sakitnya. Mereka memiliki angan-angan untuk dirawat, dimanja, dan untuk memiliki objek yang diinginkan sehingga mereka sulit menemukan kepuasan yang dibutuhkannya. Keseimbangan yang rapuh yang mudah menjadi runtuh dapat terlihat ketika penderita mengalami keluhan pada saluran cernanya dan jelas terlihat adanya ketergantungan pada objek yang memanjakannya.
Tetapi penderita merasa takut tergantung pada orang yang menguasainya dan ketergantungan ini dirasakannya sebagai suatu penghinaan. Rasa takut ketergantungan, dan terhina mengakibatkan sikap agresif terhadap mereka, yang dapat memberikan kepuasan. Timbulnya depresi pada penderita gastritis dikarena mereka mengelakkan agresi yang timbul agar tidak kehilangan obyek yang memanjanya, dan ini menimbulkan rasa bersalah (guild) yang dirasakan dirinya sebagai sesuatu yang sangat buruk.
DROM FUNGSIONAL HIPOGASTRIUM (LOWER ABDOMINAL SYNDROM)
Gangguan pencernaan yang mengenai saluran cerna bagian bawah ini juga dikenal sebagai spastic colon, irritable colon, colitis nervosa, dan obstipasi spastic. Tidak ditemukannya penyebab spesifik (infeksi, peradangan atau gangguan anatomis) dari hasil pemeriksaan pada saluran cerna bagian bawah, walaupun penderitanya tetap mengeluhkan kelainan pada pencernaannya, merupakan salah satu petunjuk kecurigaan adanya sindrom fungsional hipogastrium.
Penderita penyakit ini akan mengeluhkan rasa sakit pada perut, biasanya di bawah pusat, diare atau obstipasi (sembelit). Bila terjadi obstipasi, feses penderita dapat keluar berbentuk seperti potlot atau tahi kambing (obstipasi spastik).
Faktor psikologis yang berperan pada penderitanya yaitu adanya harapan-harapan untuk meminta lebih banyak lagi dari orang lain karena mereka telah memberi banyak pada orang tersebut. Angan-angan utama untuk dimanja telah berhasil diubahnya menjadi mekanisme-mekanisme pengelak, sehingga tidak timbul reaksi terhadap angan-angan pemanjaan yang tak dirasa puas. Mereka secara sadar yakin dapat memberi banyak kepada orang lain namun secara tidak sadar mereka meminta/mengharapkan lebih banyak lagi.
Penderita gangguan ini pada puncak intelektualitasnya dapat secara terus terang mengakui bahwa dengan prestasi yang mereka miliki, mereka dapat meminta lebih banyak. Secara tidak sadar mereka merasa bahwa mereka telah memberi “terlampau banyak”. Pertahanan diri mereka akan runtuh dan dapat mengakibatkan timbulnya gangguan saluran cerna tersebut bila mereka merasa “tidak dapat membayar” atau ketika meraka merasa dirinya “kurang dibayar”.
AEROFAGI
Gejala yang timbul dari gangguan saluran cerna ini adalah berupa rasa sakit perut dan perut dirasakan penuh dan membengkak, hal ini dibuktikan dengan bersendawa (belching) yang keras bertubi-tubi. Simtom ini terutama ditemukan pada meraka yang bergantian menelan dan mengeluarkan udara. Bila tidak dapat bersendawa, maka perut akan terasa kembung (meteorismus) dan kentut (flatus) yang tidak berbau.
Gejala-gejala tersebut juga sering disebut sebagai sindrom Roemheld yang terdiri dari rasa sakit di daerah jantung yang disebabkan oleh diafragma yang tertekan ke atas oleh lambung yang membengkak karena terisi oleh udara (meteorismus).
Penatalaksanaan sindrom fungsional saluran cerna ini memerlukan kerjasama yang baik dari penderita dan dokter yang merawatnya serta jika diperlukan dapat meminta bantuan dari seorang psikiater. Karena penyebab yang mendasari gangguan ini adalah faktor psikologis (setelah hasil pemeriksaan tidak ditemukan adanya penyebab organik yang mendasari nya) dari penderitanya maka selain memberikan pengobatan yang dapat mengurangi gejala yang dialami penderitanya maka psikoterapi juga dibutuhkan untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gangguan ini.


Penyakit pencernaan adalah semua penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan. Penyakit ini merupakan golongan besar dari penyakit pada organ esofagus, lambung, duodenum bagian pertama, kedua dan ketiga, jejunum, ileum, kolon, kolon sigmoid, dan rektum.
Mencret (Diare)
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Diare termasuk gangguan perncernaan yang paling sering muncul terutama pada anak-anak.
Diare akut kalau anak mencret lebih dari 4 kali sehari. Penyebabnya bisa infeksi, bisa juga hanya karena salah makan, sebagai contoh makanan yang tidak sesuai dengan usia anak, misalnya sudah diberikan makan padat sebelum waktunya.
Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan adalah penyebab utama gangguan pencernaan pada anak di bawah 5 tahun (Balita). Selain itu, ada juga diare akibat cacingan.
Pengobatan mencret
Pengobatan diare yang paling dianjurkan adalah memberikan oralit. Tidak ada anak yang meninggal karena diare, yang ada meninggal karena dehidrasi. Jadi, yang perlu diwaspadai bukan diarenya, melainkan dehidrasinya. Selama cairan tubuhnya cukup, tak perlu khawatir. Salah satu indikator dehidrasi adalah buang air kecilnya.
Selama kencingnya cukup, berarti tidak ada dehidrasi. Berikan oralit, karena sudah disesuaikan dengan cairan yang dikeluarkan melalui BAB.”
Oralit mengandung glukose, natrium, kalium, dan bikarbonat untuk menggantikan cairan yang hilang lewat BAB. Sementara pada air putih, natrium dan kaliumnya turun. Anak malah bisa kejang, kembung, dan lemas kalau hanya tergantikan airnya saja. Yang juga harus diperhatikan, jangan menyamakan komposisi oralit untuk anak dan dewasa. “Pada anak, natriumnya lebih rendah. Jadi, kalau mencretnya 2 sendok, jangan memberikan oralit segelas, mencret setengah gelas, jangan memberikan oralit tiga gelas.
Jadinya malah hipernatrium, bisa-bisa anak mengalami koma. Kebutuhan cairan disesuaikan dengan oralit.
Sembelit (Konstipasi)
Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, akibat samping obat-obatan, dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Pengobatan konstipasi dapat dilakukan dengan mengubah pola makan, obat pencahar (laksatif), terapi serat, dan pembedahan, walaupun pilihan terakhir jarang dilakukan. Konstipasi hebat disebut juga dengan obstipasi. Gangguan pada sistem pencernaan juga bisa disebabkan karena stres. Sebab stres dapat mempengaruhi sistem saraf dalam tubuh. Sementara penanganan untuk yang susah BAB, harus dilihat dulu apa penyebabnya.
Wasir atau hemoroid
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
Kanker usus
Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan, kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi usus dari serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu.



DokterSehat – Sebagai saluran terakhir pencernaan makanan, usus berpotensi terkena kanker dari makanan yang kita konsumsi. Ada lima stadium dengan sifat masing-masing dan besaran kemungkinan bertahan hidup yang semakin kecil bagi pasien.
Gejala
  • Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening.
  • Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta adanya tekanan pada rektum.
  • Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip usus, atau wasir.
  • Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.
Penyebab
  • Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
  • Pola makan yang buruk, antara lain terlalu banyak daging dan lemak yang tidak diimbangi buah dan sayuran segar yang banyak mengandung serat.
  • Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan kambing serta tranfusi darah.
  • Lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol).
  • Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
  • Obesitas.
  • Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau pengemudi kendaraan umum.
Pemeriksaan medis

Fiberoptik kolonoskopi:
Memasukkan sejenis pipa terbuat dari serat optik ke dalam usus melalui anus (dubur). Kamera yang terdapat pada alat itu bisa digunakan untuk melakukan pemeriksaan apakah dalam usus terdapat polip atau tidak.
CT Scan.
Pemeriksaan darah:
Menentukan tumor marker CEA (carcino-embryonis antigen) dalam darah.
Perawatan
Kemoterapi
Radiasi
Operasi
Pemotongan usus besar yang sakit, dan menyambungkan kembali dua ujung bagian usus besar yang sehat.
Teknik laparoskopi:
Melalui beberapa lubang kecil yang dibuat dibeberapa titik di perut. Operasi dilakukan dengan alat-alat kecil yang dioperasikan lewat lubang-lubang itu dan dipantau lewat layar monitor.
Pencegahan
  • Konsumsi banyak makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
  • Asam lemak omega-3, yang banyak terdapat dalam generic drugs online pharmacy ikan tertentu.
  • Kosentrasi kalsium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
  • Susu yang mengandung Lactobacillus acidophilus.
  • Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air besar.
  • Hidup rileks dan kurangi stres.
Deteksi Dini
Seperti halnya deteksi dini kanker mulut rahim menggunakan papsmear atau untuk kanker payudara memakai mamografi, terhadap kanker kolon pun bisa dilakukan deteksi dini.
Deteksi dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50 tahun. Tetapi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker ovarium, kolon dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia 50 tahun.
Kanker kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat. Karena itu masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan kolonoskopi.
“Sebaiknya deteksi dini dilakukan sejak usia 40 tahun bagi yang memang memiliki riwayat ketiga jenis kanker tersebut dalam keluarganya,” kata dr Aru W Sudoyo, konsultan hematologi dan onkologi medik dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo kepada Media Indonesia, pekan lalu di ruang kerjanya.
Apalagi bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan,” lanjut Aru, deteksi dini sangat disarankan.
Menurut Aru, beberapa prosedur deteksi dini kanker kolon antara lain:

Pemeriksaan colok dubur oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, apakah terdapat darah pada tinja atau tidak. Kemudian pemeriksaan secara visual dengan endoskopi di kolon atau disebut kolonoskopi. Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun.
Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan.
Cara lain untuk menunjang diagnosis kanker kolon adalah dengan enema barium. Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi.
Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. Aru mengatakan dengan deteksi dini diharapkan kanker kolon dapat segera ditangani atau diterapi. Beberapa terapi, seperti kemoterapi dan radiasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kolon

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger | Tested by Blogger Templates | Best Credit Cards