Sabtu, 15 Oktober 2011

titrasi asam basa

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.
Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asam basa dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apa Yang dimaksud dengan Titrasi asam basa?
2.    Bagaimana cara menentukan suatu penetapan kadar pada zat asam-basa?
C.   Maksud Praktikum
Mengetahui dan mempelajri penetapan kadar suatu zat (asam-basa) berdasarkan reaksi asam-basa.
D.   Tujuan Praktikum
1.     Untuk mengetahui kadar suatu zat asam-basa berdasarkan reaksinya.
2.     Mengetahui dan memahami cara pembakuan suatu zat dengan metode tertentu.
E.   Manfaat Praktikum
Mampu menentukan golongan anion pada sampel dengan cara uji pendahuluan dan uji penegasan yang ditandai oleh adanya endapan, pembebasan gas, atau perubahan warna setelah sampel direaksikan dengan reaksi yang spesifik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.     Teori Umum
Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalm hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam) (Harjadi, W. 1990).
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini  sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan larutan basa, atausebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dn basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan(Michael. 1997).
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen(Michael. 1997).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10­4 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasnya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur (Khopkar, S.M. 1990).
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu fenoftalen (PP) dan metil orange (MO).  Hal tersebut dilakukan karena jika menggunkan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen(Harjadi, W. 1990).
Pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar  yaitu (Susanti,1995):
1.   Asidimetri. Titrasi inimenggunakan larutan standar asam yang digunakan untuk menentukan basa. Asam asam yang biasa digunakan adalah HCl, asam cuka, sam oksalat, asam borat.
2.  Alkalimeri. Pada titrasi ini merupaka kebalikan dari asidi-alkalimetri karena larutan yang digunakan untuk menentukan asam disini adalah basa.
Titirasi asam-basa erupakan cara yang tepat dan mudah untuk menntukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asa dan basa. Kebanyakan asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam  air. Namun demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basakuat misalnya NaOH. Tiik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer (Rivai, H, 1995).




B.   Uraian Bahan
1.     Aquadest  (Ditjen POM Edisi III 1979)
       Nama Resmi            : AQUA DESTILLATA
       Nama lain                 : Air Suling
       Rumus molekul       : H2O
       Berat Molekul           : 18,02
  Pemerian                  : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
  Penyimpanan          :  Dalam wadah tertutup rapat
  Kegunaan                :  Sebagai pelarut
2.     Indikator metil merah  (Ditjen POM Edisi III 1979)
Nama Resmi            : Trepoelin / Heliatin
Nama Lain               : Metil Merah
RM/BM                      : C14H14N3NaO3S / 327,33
Pemerian                    : Serbuk jingga kekuningan
Kelarutan                   : Mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air dingin, sangat sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup rapat.
3.     NaHCO3 (Dirjen POM edisi III 1979)
Nama resmi        : NATRII SUBCARBONAS
Nama lain           : Natrium bikarbonat
BM / RM              : 84,01 / NaHCO3
Pemerian             :Serbuk putih atau hablur monoklin kecil,buram,tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan           :larut dalam 11 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol (95%)P
Kegunaan          : Sebagai pereaksi
Penyimpanan    : dalam wadah tertutup rapat
4.     HCl (Dirjen POM Edisi III 1979)
Nama resmi       : ACIDUM HYDROCLORIDUM    
Nama lain          : Asam klorida
BM / RM             : 36,46 / HCl
Pemerian           :Cairan tidak berwarna,berasap, bau merangsang, jika diencerkan dalam 2 bagian air, asap hilang.
Kelarutan           : Mudah larut dalam air
Kegunaan         : Sebagai pereaksi Lucas
Penyimpanan   : dalam wadah tertutup rapat

5.     Indikator Metil Jingga (Dirjen POM Edisi III 1979)
Nama resmi         : Trepoelin/Heliatin           
Nama lain            : Metil Jingga
BM / RM                : C14H14N3NaO3S / 327,33
Pemerian             : Serbuk jingga kekuningan
Kelarutan            : Mudah larut dalam air panas, sukar larut dalam air
                          dingin, sangat sukar larut dalam etanol.
Kegunaan            : Sebagai indikator asam basa
Penyimpanan     : dalam wadah tertutup rapat
6.     NaOH (Dirjen POM edisi III 1979)
Nama resmi         : NATRII HYDROXYDUM
Nama Lain           : Natrium Hidroksida
RM / BM                : NaOH / 40,00
Pemerian             :Bentuk batang,butiran,kering, keras,dan  menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, basa, sangat alkalis dan korosif,segera menyerap CO2.
Kelarutan             : Mudah larut dalam air.
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan            : Sebagai pereaksi

7.     Fenolftalein  (Dirjen POM edisi III 1979)
Nama resmi         : Phenolfthalein
Nama Lain           : Fenolftalein
RM / BM                : C20H14O/ 318,33
Pemerian             : Serbuk halur puti, putih atu kekuningan, larut dalam etanol, agak sukar larut daam eter
Kelarutan             : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol 95%
Penyimpanan     : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan            : Sebagai larutan indicator
C.   Prosedur kerja
1.     Asidimetri : Penentuan Kadar Natrium Bicarbonat
Timbang seksama 1 g natrium bicarbonat, larutkan dalam 20 ml air, tambahkan indicator metal jingga. Titrasi dengan larutan asam klorida 0,5 N. 1 ml klorida 0,5 N setara dengan 25,40 mg natrium bicarbonat.
2 .  Alkalimetri : Penentuan kadar Asam Salisilat
Ditimbang seksama 400 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 10 ml Etanol netral, tambahkan 3 tetes indicator pp dan titrasi dengan lurutan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda. 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat.    

BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
A.     Alat Yang Dipakai
Adapun alat-alat yang di perlukan pada percobaan ini antara lain,  Botol semprot, Buret,Cawan Porselin, Erlenmeyer, Gelas ukur 50 ml,Gelas kimia 250 ml  lap kasar, lap halus,Pipet tetes, statif. Sendok tanduk.
B.   Bahan Yang Digunakan
Bahan-bahan yang di perlukan antara lain, Aquadest, Alumunium Foil, Asam klorida 0,5 M, Asam Salisilat, etanol, Netral.,Indikator PP, Indikator metal jingga, Natrium Bicarbonat, NaOH 0,1 N.Tissu, kertas timbang.
C.        Cara Kerja
1.     Asidimetri : Penentuan Kadar Natrium Bicarbonat
Di Timbang seksama 1 g natrium bicarbonat,di larutkan dalam 20 ml air,dan di tambahkan dengan indikator metal jingga. Titrasi dengan larutan asam klorida 0,5 N. 1 ml klorida 0,5 N setara dengan 25,40 mg natrium bicarbonat.
2 .Alkalimetri : Penentuan kadar Asam Salisilat
Di timbang seksama 400 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer dengan 10 ml Etanol netral, tambahkan 3 tetes indikator pp dan di titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda. 1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat.













BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
A.     Hasil Praktikum
1.  Tabel Pengamatan

Asidimetri
Alkalimetri
Erlenmeyer I
10,1
20,2
Erlenmeyer II
13,8
20,45
Erlenmeyer I
8
20
Erlenmeyer II
8,3
23,2

B. Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan sampel natrium bikarbonat untuk ditetapkan kadarnya secara asidimetri dan asam salisilat untuk metode alkalimetri. Asidi-alkalimetri merupakan suatu metode netralisasi. Natrium bikarbonat adalah suatu senyawa yang bersifat basa, sehingga untuk menentukan kadarnya digunakan larutan baku asam yaitu, HCl baku 0,5 N, sedang pada alkalimetri digunakan larutan baku NaOH untuk menentukan kadar asam salisilat dalam larutan.
Sebelum dititrasi, sampel dilarutkan dalam etanol netral dengan maksud agar etanol yang digunakan sebagai pelarut tersebut tidak ikut bereaksi sewaktu dilakukan tirasi asam basa. Setelah ditambahkan etanol larutan harus segera ditutup dengan almunium foil agar etanol tidak menguap, karena pada dasarnya alkohol memiliki sifat mudah menguap.
Untuk asidimetri digunakan indikator metil jingga yang mempunyai pH 8,1-10. Indikator ini berwarna merah dalam suasana basa dan tidak berwarna dalam suasana asam, sehingga digunakan untuk penetapan kadar asam salisilat. Indikator lain tidak digunakan karena pHnya akan akan sangat jauh dari titik ekuivalen.
Pada asidimetri ini digunakan metode titrasi asam basa secara langsung. Titrasi dilakukan pada saat larutan sampel mencapai titik ekuivalen yang ditandai dengan perubahan warna larutan yaitu dari kuning menjadi merah muda pada asidimetri dan dari tidak berwarna menjadi merah muda pada alkalimetri.
Berdasarkan volume titran yang diperoleh pada masing-masing titrasi tersebut maka dapat ditentukan kadar sampel yang terdapat dalam larutan. Dengan menentukan rumus untuk penentuan persen kadar maka diperoleh persen kadar rata-rata untuk natrium bikarbonat adalah sebesar 10,1, dan 13,8% dan kadar rata-rata untuk asam salisilat  adalah sebesar 20,2 dan 20,45%.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa kadar natrium bikarbonat adalah tidak kurang dari 99,5% dan kadar asam salisilat sebesar 95-98% . Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil percobaan yang dilakukan. Kesalahan ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi, dimana titrasi ditentukan tidak tepat sebelum atau sesudah titik ekuivalen, ketidaktelitian dalam dalm membaca skala alat ukur,pemberian air dalam melarutkan larutan serta kesalahan dalam melakukan penimbangan /penentuan berat sampel yang digunakan dalam titrasi.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.     Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan asidimetri dan alkalimetri yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa kadar Asam salisilat adalah sdan kadar Natrium bikarbonat adalah 82,404%.
B. Saran
Hendaknya para asisten mendampingi para praktikan selama praktikum berlangsung sehingga apabila ada hal-hal yang tidak di mengerti oleh praktikan asisten bias langsung memberikan arahan apa yang seharusnya di lakukan.







DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. (1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta
Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2. Erlangga: Jakarta
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta
Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta
Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar
DitjenPOM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi Ke-III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
DitjenPOM. 1995.  Farmakope Indonesia, Edisi Ke-IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Universitas Muslim   Indonesia:Makassar







0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger | Tested by Blogger Templates | Best Credit Cards