Sabtu, 15 Oktober 2011

uji neurofarmakologik


UJI NEUROFARMAKOLOGIK
PADA HEWAN MENCIT DAN TIKUS PUTIH

PENDAHULUAN
Senyawa obat dapat dibuat dengan sintesa atau dapat diperoleh dari ekstraksi tanaman. Setelah diperoleh maka senyawa obat tersebut  akan diuji aktivitas farmakologinya. Bilamana obat tersebut belum diketahui aktivitas farmakologinya maka akan dimulai dengan uji neurologik lebih dahulu.
Uji neurofarmakologik adalah bagian dari blind screening, yaitu suatu uji farmakologi untuk melihat efek farmakologi senyawa obat baru. Uji neurofarmakologik ini merupakan uji yang relative murah karena hanya menggunakan sejumlah hewan kecil yaitu menvit atau tikus putih. alatnya cukup menggunakan papan datar bulat (platform) yang tingginya 30 cm dari dasar. Dalam zaman elektronik ini telah dibuat alat – alat pengamatan uji neurofarmakologik.
A.     PENGAMATAN UMUM
Dalam uji neurofarmakologik yang perlu dicatat spesies jenis kelamin. Berat badan maupun umur hewan.


B.      PROFIL TINGKAH LAKU
1.      KESADARAN (AWARENES)
Kewaspadaan (alertness) dapat diamati dengan menyentuh mencit tersebut dengan suatu benda misalnya potlot atau ballpoint maka mencit yang normal akan menghindar dan mencit yang mendapat obat depresan kurang reaktif.
Visual placing yaitu mengukur respon mencit bila diletakkan dalam berbagai posisi.
Seteritypy yaitu gerakan mencit normal yang berulang seperti gerakan menyelidiki.
Passitivity yaitu mengukur respon mencit bila diletakkan posisi mencit yang tidak biasa.
2.      KEADAAN JIWA (MOOD)
Mencit yang normal akan mengusap-usap mukanya dengan kaki depannya, keadaan ini disebut grooming. Grooming berlebihan menunjukkan adanya stimulasi sentral (SSP) atau stimulasi simpatik.
Mencit yang normal tidak bersuara, jika bersuara keras (vocalization) menunjukkan adanya stimulus yang menyakitkan.
Restlessness atau kegelisahan tidak terdapat pada mencit normal.
3.      AKTIVITAS MOTORIK
Yang termasuk aktivitas motorik yaitu spontaneous activity, reactivity, touch response, dan pain response.
C.      PROFIL NEOROLOGIK
1.      EKSITASI SENTRAL
Stimulasi SSP ini ditunjukkan dengan startle response, straub response, tramor dan convulsions
2.      INKOORDINASI MOTORIK
Body position dan limb position. Posisi tubuh serta posisi tungkai lengan yang berbeda dengan normal menunjukkan adanya hambatan noeuromoscular atau gangguan SSP.
3.      MUSCLE TONE
Ada beberapa uji untuk muscle tone atau kekuatan otot limb tone, grip strength, body tone, dan abdominal tone
4.      REFLEKS
Reflek pinna yaitu reflek yang timbul jika pusat daun telinga mencit disentuuh dengan benda halus seperti rambut, mencit normal akan berusaha menghindar, skor normal empat.
Reflek corneal yaitu bila kornea mata disentuh dengan rambut, mencit normal akan menghindar dengan memejamkan mata dari skor normal empat.
Reflek ipsilateral flexor yaitu bila jari kaki di jepit dengan pingset, maka mencit normal akan menarik kakinya dan berusaha lari. Bila reflek tidak normal menunjukkan adanya pengaruh penghambatan terhadap saraf sensoris, sinapsis spiral.
D.     PROFIL OTONOMIK
Profil otonomik yaitu profil farmakologik yang berkaitan dengan system saraf otonom, yang meliputi :
1.      TANDA – TANDA OPTIK
Ukuran pupil dibandingkan antara sebelum dan sesudah diberi obat. Pelebaran pupil menandakan bahwa hewan terpengaruh obat parasimpatolik atau simpatitik.
Palpebral opening bila lebar menunjukkan adanya aktivitas simpatomimetik dan bila sempit menunjukkan adanya ataratik atau sedative. Eksoptalamus yaitu bola mata keluar menunjukka adanya stimulasi simpatis.
2.      TANDA – TANDA SEKRETORI
Urinasi menunjukkan adanya aktivittas muskarinik atau iritasi saluran kemih. Salvias menunjukkan adanya aktifitas muskarinik.
3.      TANDA – TANDA UMUM
Writhing atau menggeliat menunjukkan adanya iritasi jaringan atau stimulasi reseptor sensoris. Piloerection atau bulu mencit berdiri menunjukkan adanya kompensasi temperature yang rendah (kedinginan) atau aktifitas simpatometik.
Skin colour atau warna kulit khususnya daun telinga, bila berubah dari merah muda (pink) menjadi merah maka menunjukkan adanya vasodilatasi akibat pengaruh simpatolitik. Warna putih menunjukkan vasikontriksi karena pengaruh simpatomimetik. Heart rate yaitu detak jantung dapat dipercepat oleh aktivitas parasimpatomimetik dan dapat pula diperlambat oleh depresan pernafasan atau SSP, khususnya pada dosis tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger | Tested by Blogger Templates | Best Credit Cards